Rabu, 05 Oktober 2011

jilbab

KEINDAHAN WANITA SOLEHA HARAPAN PEMUDA SOLEHAH

MENYEMPURNAKAN JILBAB
Sejauh mana seorang muslimah memahami makna dari kerudung dan jilbab, ini memerlukan proses pembelajaran untuk meyempurnakan pemahaman terhadap dua hal tersebut. Perintah (kewajiban) dari Allah SWT bagi seorang muslimah untuk menggunakan kerudung terdapat dalam dalam QS. An Nur;31, dikatakan, bahwa wanita muslimah dilarang menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa ditampakkannya. Dalam hal ini para ulama sepakat, bagian wanita yang boleh dilihat oleh laki-laki asing (bukan muhrimnya) hanya wajah dan telapak tangannya.
Dan Allah SWT memerintahkan kepada wanita muslimah untuk mengulurkan kerudungnya (khimar) sampai ke dadanya. Artinya, perintah dari Allah SWT kepada wanita muslimah untuk menutup rambutnya, sehingga hanya terlihat wajahnya saja.
jadi jelas syarat yang memenuhi syariat Islam dalam berkerdung yaitu mengulurkannya sampai ke dada.
MEMAKAI KERUDUNG DENGAN CARA DILILITKAN KE LEHER, DIMASUKKAN KE DALAM BAJU, ATAU YANG TERLIHAT BAGIAN LEHERNYA SANGAT BERTENTANGAN DENGAN PERINTAH ALLAH SWT. MAKA WANITA MUSLIMAH JENIS INI BELUM MEMAHAMI MAKNA HAKIKI DARI KERUDUNG ITU SENDIRI.
NIAT SAHABAT-SAHABAT KITA INI SUDAH BAGUS, YAKNI KEINGINAN UNTUKMENUTUP AURAT, SEBUAH KESALAHAN KALAU KITA YANG SUDAH PAHAM MENCELA, APALAGI SAMPAI MEMBUAT WANITA MUSLIMAH YANG BELUM MEMAKAI KERUDUNG SESUAI DENGAN SYAR’I (BELUM SEMPURNA) INI MELEPAS KERUDUNGNYA.
YANG HARUS DILAKUKAN ADALAH MENYOSIALISIKAN DAN MENDORONG SAHABAT-SAHABAT MUSLIMAH UNTUK MNYEMPURNAKAN PEMAKAIAN KERUDUNG DAN MENGGUNAKAN JILBAB.
Kalau di Indonesia, kerudung(khimar) dibilang (sama dengan) jilbab, padahal dalam Al Qur’an, kedua istilah tersebut sangat berbeda.
Hampir rata-rata orang Indonesia salah memaknai jilbab dan kerudung. Yang namanya sudah berkerudung, berarti wanita muslimah tersebut sudah berjilbab. Padahal perintah (wajib) menggunakan jilbab terdapat dalam QS. Al Ahzab: 59.
Jilbab itu adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh, mulai dari pundak/ kepala sampai leher tertutup hingga seluruh tubuh (kecuali wajah dan telapak tangan).
Jadi, sebuah kesalahan jika mengatakan jilbab itu sama dengan kerudung. Supaya sederhana memahaminya, kerudung adalah penutup kepala yang diulurkan sampai ke dada, sedangkan jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh bagian tubuh atau sering disebut dengan baju gamis (baju sambung/ tidak terpisah pakaian atas dengan yang dibawahnya atau memakai rok).
Dalam QS. Al Ahzab:59 jelas perbedaan antara jilbab dan kerudung. Syarat jilbab itu sendiri adalah pakaian longgar yang long dress, tak menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya. tidak transparan, warna tak mencolok, tidak ketat.Pemahaman ini harus terus disosialisasikan kepada umat. Alhamdulillah, wanita muslimah masa kini sudah tak malu memakai kerudung, dan yang harus dipahamkan sekarang bagaimana cara menyempurnakannya setelah memakai kerudung.
Pertanyaan selanjutnya setelah memakai kerudung, yaitu “Bisa ga ya kalau pergi ke kantor (kerja) atau kuliah/sekolah memakai jilbab? Kan ga praktis, enaknya pakai yang pendek-pendek, pakai yang keat-ketat, lebih praktis..”
Wanita muslimah yang dimuliakan Allah SWT, ketika Allah SWT menurunkan perintah (wajib) bagi wanita muslimah untuk menggunakan jilbab (baju kurung/baju gamis), maka sungguh tak akan menghambat wanita muslimah untuk melakukan pekerjaan atau berbagai hal.
Ada sebuah kisah menarik yang diceritakan oleh Ustadzah Ir. Nani Wijayati, Pengasuh Women Study on Islam. “Saya sendiri punya pengalaman. Karena saya berlatarbelakang di bidang pertanian. Dulu, pada saat saya masih belajar untuk memakai kerudung, awalnya berproses. Pakai kerudung, bagi yang tak punya busana muslim apalagi jilbab, hanya mempunyai celana dan kaos panjang, ya pakaila celana dan kaos panjang saja.
Tapi ketika saya telah mengaji dan mengaji, saya berpikiran, “malu ya kalau kelihatan bentuk tubuh, termasuk kalau pakai celana panjang,” sehingga saya memakai rok.
Setelah ganti rok, kemudian saya mengaji lagi. Saya merasa belum sempurna hingga saya memakai jilbab (baju kurung/gamis, pakaian yang tak terpisah bagian atas dengan yang bawahnya/rok).
Pada saat itu tantangan yang saya hadapi justru, karena pertanian, saya ada praktik lapangan yaitu membajak sawah dengan traktor besar.
Dosen saya kebetulan non muslim, dan dia mengatakan, “Besok praktik lapangan, saya tidak bertanggung jawab atas orang yang tak pakai celana panjang dan kemudian ia kecelakaan saat mengendarai traktor.”
Kita yang pakai kerudung saling liat-liatan, bingung, kita kan dah biasa pakai rok, malu kalau pakai celana (panjang) lagi.
Akhirnya, saya dan beberapa teman menjadi takut karena ancaman dosen tersebut, daripada kena marah dosen, saya dan beberapa teman berpikiran untuk praktik kali ini pakai celana panjang.
Tapi saya mencoba untuk membuktikan, kalau memang saya yakin menggunakan jilbab ini tidak akan menghalangi saya, InsyaAllah Allah SWT akan menolong dan melindungi saya. Keesokan harinya saya dan 2 orang teman saya datang dengan menggunakan jilbab.
Dilapangan di traktor, orang-orang melihat aneh kepada saya, orang-orang sudah pakai celana panjang kita masih pakai jilbab.
Tapi saya ingin membuktikan saya harus hati-hati, yang pentingkan begitu, mau pakai celana panjang atau jilbab, kucina harus hati-hati.
Dan saya setir traktor tersebut tanpa pendamping, kalau yang lain pakai celana panjang pakai pendamping, saya coba, saya buktikan, saya setir traktor sendiri, puter-puter berkali-kali tanpa pendamping, tapi toh Alhamdulillah saya tak celaka.
Artinya, kembali kepada kitanya, InsyaAllah kalau kita mengangap perkara menggunakan jilbab adalah WAJIB dan benar, pasti Allah SWT akan memudahkan.
Sebaliknya, kalau kita ragu, tidak akan pernah kita mampu untuk menyempurnakan jilbab.”
Ada kisah yang menarik, seorang akhwat (wanita muslimah) ketika awal memulai karirnya di dunia pekerjaan, ia awalnya tak menggunakan kerudung.
Tapi setelah ia mulai mengenal Islam lebih dalam, ia mengaji, perlahan tapi pasti ia berusaha untuk bertingkah laku Islami, ia mulai menggunakan kerudung.
Pada saat itu, bosnya kaget melihat perubahan pada wanita muslimah tersebut yang menggunakan kerudung. Akhirnya bos tersebut marah dan meminta stafnya (wanita muslimah) ini untuk melepas kerudungnya.
Pertanyaan besarnya, “jika kejadian ini menimpa juga teman-teman kita yang lain, apa yang harus dilakukan oleh wanita muslimah?”
Tidak ada hubungan diantara manusia dengan manusia, yang tidak bisa dikomunikasikan.
Jika ada kasus yang serupa dengan di atas, secara legal tak ada aturan pemerintah yang melarang, hal tersebut hanya kebijakan personal dari atasannya yang menilai hal tersebut tak pantas (stafnya yang memakai jilbab).
Maka bagi wanita muslimah yang memahami apa yang mereka lakukan memiliki dasar yang jelas (berdasarkan Al Qur’an dan Sunah), yang harus dilakukan adalah mengkomunikasikan dengan baik dengan atasan tersebut. Jangan dulu berprasangka (su’udzon) dengan atasan, bisa jadi hal itu dilakukan atasan karena ia belum paham atau mereka ga suka.
Artinya untuk mengubah atasan dari yang tak suka menjadi suka atas wanita muslimah (stafnya) yang memakai jilbab, butuh proses komunikasi.
Yang harus dilakukan adalah mengomunikasikan keatasan dengan baik perihal mengapa seorang wanita muslimah (stafnya) memutuskan untuk (berubah) berkerudung dan berjilbab, dan perubahan itu tak mempengaruhi etos kerja seorang muslimah dalam pekerjaannya. Itulah sebenarnya komitmen muslimah tersebut ketika bekerja di dalam perusahaan.
Jadi, jika muslimah itu sendiri merasa, “ini pantes ga ya, ini dilarang ga ya?” ini kan perasaan yang mempengaruhi, bahwa kita tidak boleh menyerahkan keputusan kita hanya dengan perasaan, itukan buat orang yang rasional.
Makanya jangan pernah menyerah, jangan mundur untuk berkerudung dan bejilbab ketika tantangan itu ada di jaman saat ini. Kalau kita bisa menunjukkan kapabilitas kita memang dibutuhkan dalam perusahan itu, maka masalah pakaian bukan menjadi permasalahan utama lagi.
Ketika hal ini berhasil dilakukan, maka akan seperti bola es dan magnet, yang lain akan terpengaruh (baik), “wah ternyata berjilbab itu indah ya, nyaman dan tak menakutkan, ternyata kita bisa mengerjakan tugas di perusahaan dengan baik dan professional.”
Di dalam memahami islam, apapun termasuk dalam ibadah, pakaian, gaya hidup kita, semua ada tuntunannya di dalam Islam, sehingga kita jangan pernah berhenti untuk mencari dan menggali serta memahami tuntunan yang telah Allah SWT berikan melaui Rosululloh Muhammad Saw untuk ita jadikan sebagai gaya hidup kita. Baik dalam berpakaian sehari-hari, menjalin hubungan dengan manusia yang lain, membentuk ikatan yang harmonis dalam ikatan keluarga, menata persaudaraan dll, jangan pernah lepas dari tuntunan Allah SWT dan Rosul Nya Muhammad Saw.
INTINYA MAH, YANG MASIH MEMAKAI KERUDUNG (PAKAIANNYA MASIH TERPISAH ANTARA BAGIAN ATAS DENGAN BAGIAN BAWAH/MEMAKAI ROK), SEMOGA LANTARAN MEMBACA ARTIKEL INI TERDORONG UNTUK MENYEMPURNAKAN MEMAKAI JILBAB).
semoga Allah SWT memudahkan untuk memakai keduanya.
Ustadzah: Ir. Nani Wijayati, Pengasuh Women Study on Islam
Dalam kumpulan Artikel Alghifari, Mahasiswa STKS Bandung
alfahrisi.wordpress.com
gambaran umum tentang kerudung dan jilbab
bagian merah disebut kerudung, warna biru disebut jilbab, di dalamnya ada pakain lagi.
semoga Allah Swt memudahkan untuk memakai keduanya.

http://alfahrisi.wordpress.com/2011/01/27/keindahan-wanita-soleha-harapan-pemuda-soleh/

JERITAN HATI IKHWAN ^^

SURAT DARI IKHWAN (Judul Asli)

oleh Asiyah Mumtahanah Wal Mukaromah pada 10 Juli 2010 jam 12:24
Ukhti…
Besarnya kerudungmu tidak menjamin sama dengan besarnya semangat jihadmu menuju ridho Tuhanmu, mungkinkah besarnya kerudungmu hanya di gunakan sebagai fashion atau gaya jaman sekarang ? Atau mungkin kerudung besarmu hanya di jadikan alat perangkap busuk supaya mendapatkan ikhwan yang diidamkan, bahkan bisa jadi kerudung besarmu hanya akan di jadikan sebagai identitasmu saja, supaya bisa mendapat gelar akhwat dan di kagumi oleh banyak ikhwan. Ukhti…
Tertutupnya tubuhmu tidak menjamin bisa menutupi aib saudaramu, keluargamu bahkan diri antum sendiri, coba perhatikan sekejap saja, apakah aib saudaramu, teman dekatmu bahkan keluargamu sendiri sudah tertutupi?? Bukankah kebiasaan buruk seorang perempuan selalu terulang dengan tanpa di sadari melalui ocehan-ocehan kecil sudah membekas semua aib keluargamu, aib sudaramu, bahkan aib teman dekatmu melalui lisan manis mu..
Ukhti…
Lembutnya suaramu mungkin selembut sutra bahkan lebih dari pada itu, tapi akankah kelembutan suara antum sama dengan lembutnya kasihmu pada saudaramu, pada anak-anak jalanan, pada fakir miskin dan pada semua orang yang menginginkan kelembutan dan kasih sayangmu??
Ukhti…
Lembutnya parasmu tak menjamin selembut hatimu, akankah hatimu selembut salju yang mudah meleleh dan mudah terketuk ketika melihat segerombolan anak-anak Palestina terlihat gigih berjuang dengan berani menaruhkan jiwa dan raga bahkan nyawa sekalipun dengan tetes darah terakhir.. Akankah selembut itu hatimu ataukah sebaliknya hatimu sekeras batu yang ogah dan cuek melihat ketertindasan orang lain.
Ukhti…
Rajinnya tilawahmu tak menjamin serajin dengan shalat malammu, mungkinkah malam-malammu di lewati dengan rasa rindu menuju tuhanmu dengan bangun di tengah malam dan ditemani dengan butiran-butiran air mata yang jatuh ke tempat sujud mu serta lantunan tilawah yang tak henti-hentinya berucap membuat setan terbirit-birit lari ketakutan, atau sebaliknya, malammu selalu di selimuti dengan tebalnya selimut setan dan dininabobokkan dengan mimpi-mimpi jorokmu bahkan lupa kapan bangun shalat subuh.
Ukhti…
Cerdasnya dirimu tak menjamin bisa mencerdaskan sesama saudaramu dan keluargamu, mungkinkah temanmu bisa ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang antum dapatkan, ataukah antum tidak peduli sama sekali akan kecerdasan temanmu, saudaramu bahkan keluargamu, sehingga membiarkannya begitu saja sampai mereka jatuh ke dalam lubang yang sangat mengerikan yaitu maksiat
Ukhti…
Cantiknya wajahmu tidak menjamin kecantikan hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan diri antum sendiri, pernahkah antum menyadari bahwa kecantikan yang antum punya hanya titipan ketika muda, apakah sudah tujuh puluh tahun kedepan antum masih terlihat cantik, jangan-jangan kecantikanmu hanya di jadikan perangkap jahat supaya bisa menaklukan hati ikhwan dengan senyuman-senyuman busukmu..
Ukhti…
Tundukan pandanganmu yang jatuh ke bumi tidak menjamin sama dengan tundukan semangatmu untuk berani menundukan musuh-musuhmu, terlalu banyak musuh yang akan antum hadapi mulai dari musuh-musuh islam sampai musuh hawa nafsu pribadimu yang selalu haus dan lapar terhadap perbuatan jahatmu..
Ukhti…
Tajamnya tatapanmu yang menusuk hati, menggoda jiwa tidak menjamin sama dengan tajamnya kepekaan dirimu terhadap warga sesamamumu yang tertindas di palestina, pernahkah antum menangis ketika mujahid-mujahidah kecil tertembak mati, atau dengan cuek bebek membiarkan begitu saja, pernahkah antum merasakan bagaimana rasanya berjihad yang dilakukan oleh para mujahidah-mujahidah teladan..
Ukhti…
Lirikan matamu yang menggetarkan jiwa tidak menjamin dapat menggetarkan hati saudaramu yang senang bermaksiat. Coba antum perhatikan dunia sekelilingmu masih banyak teman, saudara bahkan keluarga antum sendiri belum merasakan manisnya islam dan iman mereka belum merasakan apa yang antum rasakan, bisa jadi salah satu dari keluargamu masih gemar bermaksiat, berpakaian seksi dan berprilaku binatang yang tak karuan. Sanggupkah antum menggetarkan hati-hati mereka supaya mereka bisa merasakan sama apa yang kamu rasakan yaitu betapa lezatnya hidup dalam kemuliaan Islam??
Ukhti…
Tebalnya kerudungmu tidak menjamin setebal imanmu pada sang Khaliqm.. Antum adalah salah satu sasaran setan durjana yang selalu mengintai dari semua penjuru mulai dari depan belakang atas bawah semua setan mengintaimu, imanmu dalam bahaya, hatimu dalam ancaman, tidak akan lama lagi imanmu akan terobrak abrik oleh tipuan setan jika imanmu tidak betul-betul dijaga olehmu, banyak cara yang harus antum lakukan mulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil dan seharusnya di lakukan sejak dari sekarang, kapan lagi coba….
Ukhti…
Putihnya kulitmu tidak menjamin seputih hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan keluargamu sendiri, masihkah hatimu terpelihara dari berbagai penyakit yang merugikan seperti riya dan sombong, pernahkah antum membanggakan diri ketika kesuksesan dakwah telah diraih dan merasa diri paling wah, merasa diri paling aktif, bahkan merasa diri paling cerdas diatas rata-rata akhwat yang lain, sesombong itukah hatimu, lalu di manakah beningnya hatimu, dan putihnya cintamu
Ukhti…
Rajinnya ngajimu tidak menjamin serajin infaqmu ke mesjid atau mushola.. Sadarkah antum kalo kotak-kotak nongkrong di masjid masih terliat kosong dan mengkhawatirka. Tidakkah antum memikirkan infaq sedikit saja, bahkan kalaupun infaq, kenapa uang yang paling kecil dan paling lusuh yang antum masukan, maukah antum di beri rizki sepelit itu.
Ukhti…
Rutinnya halaqahmu tidak menjamin serutin puasa sunnah senin kamis yang antum laksanakan, kejujuran hati tidak bisa di bohongi, kadang semangat fisik begitu bergelora untuk di laksankan tapi, semangat ruhani tanpa di sadari turun drastis, puasa yaumul bidh pun terlupakan apalagi puasa senin kamis yang dirasakan terlalu sering dalam seminggu, separah itukah hati antum, makanan fisik yang antum pikirkan dan ternyata ruhiyah pun butuh stok makanan, kita tidak pernah memikirkan bagaimana akibatnya kalau ruhiyah kurang gizi.
Ukhti…
Manisnya senyummu tak menjamin semanis rasa kasihmu terhadap sesamamu, kadang sikap ketusmu terlalu banyak mengecewakan orang sepanjang jalan yang antum lewati, sikap ramahmu pada orang yang antum temui sangat jarang terlihat, bahkan selalu dan selalu terlihat cuek dan menyebalkan, kalau itu kenyataannya bagaiamana orang lain akan simpati terhadap komunitas dakwah yang memerlukan banyak kader, ingat!!! Dakwah tidak memerlukan antum tapi… antumlah yang memerlukan dakwah, kita semua memerlukan dakwah
Ukhti…
Rajinnya shalat malammu (tidak menjamin) keistiqomahan seperti Rosulullah sebagai panutanmu..
Ukhti…
Ramahnya sikapmu tidak menjamin seramah sikapmu terhadap sang Kholiqmu,
Masihkah antum senang bermanjaan dengan Tuhanmu dengan shalat dhuhamu, shalat malammu??
Ukhti…
Dirimu bagaikan kuntum bunga yang mulai merekah dan mewangi.
Akankah nama harummu di sia-siakan begitu saja dan atau sanggupkah antum ketika sang mujahid akan segara menghampirimu
Ukhti…
Masih ingatkah antum terhadap pepatah yang masih terngiang sampai saat ini bahwa akhwat yang baik hanya untuk ikhwan yang baik.
Jadi siap-siaplah sang syuhada akan menjemputmu di pelaminan hijaumu..
Ukhti…
Baik buruk parasmu bukanlah satu-satunya jaminan akan sukses masuk dalam surga Rabbmu.
Maka tidak usah berbangga diri dengan parasmu yang molek, tapi berbanggalah ketika iman dan taqwamu sudah betul-betul terasa dan terbukti dalam hidup sehari-harimu
Ukhti…
Muhasabah yang antum lakukan masihkah terlihat rutin dengan menghitung-hitung kejelekan dan kebusukan kelakuan antum yang dilakukan siang hari, atau bahkan kata muhasabah itu sudah tidak terlintas lagi dalam hatimu.
Sungguh lupa dan sirna tidak ingat sedikitpun apa yang harus di lakukan sebelum tidur, antum tidur mendengkur begitu saja dan tidak pernah kenal apa itu muhasabah sampai kapan akhlaq busukmu di lupakan, kenapa muhasabah tidak dijadikan sebagai moment untuk perbaikan diri bukankah akhwat yang baik hanya akan mendapatkan ikhwah yang baik
Ukhti…
Pernahkah antum bercita-cita ingin mendapatkan suami ikhwan yang ideal, wajah yang manis, badan yang kekar, dengan langkah tegap dan past.
Bukankah apa yang antum pikirkan sama dengan yang ikhwan pikirkan yaitu ingin mencari istri yang solehah dan seorang mujahidah??
Kenapa tidak dari sekarang antum mempersiapkan diri menjadi seorangan mujahidah yang solehah??
Ukhti…
Apakah kebiasaan buruk wanita lain masih ada dan hinggap dalam diri antum, seperti bersikap pemalas dan tak punya tujuan atau lama-lama nonton TV yang tidak karuan dan hanya kan mengeraskan hati Sampai lupa waktu, lupa bantu orang tua, kapan akan menjadi anak yang birrul walidain, kalau memang itu terjadi jadi sampai kapan,
Mulai kapan antum akan mendapat gelar mujahidah atau akhwat solehah??
Ukhti…
Apakah pandanganmu sudah terpelihara, atau pura-pura nunduk ketika melihat seorang ikhwan dan terlepas dari itu matamu kembali jelalatan layaknya mata harimau mencari mangsa, atau tundukan pandangannmu hanya menjadi alasan belaka karena merasa berkerudung besar??
Ukhti…
Hatimu di jendela dunia, dirimu menjadi pusat perhatian semua orang, sanggupkah antum menjaga izzah yang antum punya, atau sebaliknya antum bersikap acuh tak acuh terhadap penilaian orang lain dan hal itu akan merusak citra akhwat yang lain, kadang orang lain akan mempunyai persepsi disamaratakan antara akhwat yang satu dengan akhwat yang lain, jadi kalo antum sendiri membuat kebobrokan akhlaq maka akan merusak citra akhwat yang lain
Ukhti…
Dirimu menjadi dambaan semua orang, karena yakinlah preman sekalipun, bahkan brandal sekalipun tidak menginginkan istri yang akhlaknya bobrok tapi semua orang menginginkan istri yang solehah,
Siapkah antum sekarang menjadi istri solehah yang selalu didamba-dambakan oleh semua orang..
TAMBAHAN DARI TEH NISAUL.. ^^
Ukhti…
kenapa harus nunggu disuratin sama ikhwan ukhti?

Ukhti…
akankah surat ini sama berkesannya jika diganti judulnya menjadi
‘surat dari sesama muslimah’ ukhti? Ukhti…
kadang embel2 ‘ikhwan’ lah yang makes sense dari tadzkirah-tadzkirah semacam ini ya ukhti..
Ukhti…
baiklah mari sama-sama kita beristighfar untuk memperbaiki diri ukhti..
Ukhti…
karena sekalipun tidak ada teman-teman ikhwan, tetap ada mereka..
saudari-saudari kita yang siap untuk saling mengingatkan ukhti.. :)
http://alfahrisi.wordpress.com/tag/kerudung/

aplie_netdz

awalnya, kukira bakal jenuh, borink,..,but setelah melakoni....ea ternyata mengasyikan...apalagi dapat temen baru..lumayan tambah link...cuma 1 yang kusayangkan,,gagh brani tanya ama toturnya karna tutor dah disibukkan ama pertanyaan2 temenn2 yang lain...

SMAM1 Jombang

Aku lulusan SMA swasta di daerahku..Meskipun swasta, tetep banyak yang daftar..Semasa ernah juga di singgahi oleh artis,,Eko Patrio and Ihsan Idol..SMA Muhammadiyah 1 Jombang adalah sekolahku. Terletak di jalan Dr.Soetomo 16 Jombang, bisa dibilang belakang alun-alun kabupaten Jombang.

Definisi Kerudung (khimar) yang Memudar

oleh: Rahma Yanti

Rasulullah Saw kepada Asma’ binti Abu Bakar:
“Wahai Asma’ sesungguhnya seorang wanita itu apabila telah baligh (haidl) maka tidak boleh baginya menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini, seraya menunjukkan wajah dan telapak tangannya.” [HR. Abu Dawud].

Saya harap pembahasan tentang kerudung berikut ini bisa mengembalikan makna kerudung di mata kita sebagai seorang Muslimah dan juga memperkenalkan definisi kerudung yang sebenarnya di mata wanita non-Muslim. Dalam hal ini, wanita non-Muslim yang saya maksud adalah salah seorang dosen saya (dosen wanita dari Vietnam) dan juga teman-teman non-Muslim saya yang berasal dari beberapa negara luar. Dan tulisan ini berawal dari observasi dan tanya jawab dosen saya terhadap beberapa mahasiswa Muslimnya yang semuanya adalah wanita.

Tidak dipungkiri, kerudung telah menjadi identitas kita sebagai seorang Muslimah. Sebagaimana Al-Qur’an dikatakan bahwa kerudung dan jilbab akan membuat kita lebih mudah dikenali. Kerudung juga lah yang mengundang rasa ingin tahu dosen saya dalam sebuah diskusi di kelas waktu itu. Ditambah lagi materi diskusi adalah bahasa, identitas dan perbedaan budaya (language, culture and cultural differences.)
Diskusi di Kelas dihadiri oleh mahasiswa dari beberapa negara dan hanya tiga negara Muslim (Arab Saudi, Indonesia dan Maldives). Pada kesempatan itu, dosen saya menanyakan, “apa pendapat kamu tentang kerudung/head cover?”

Menurut saya, pemakaian kerudung pada dasarnya adalah wajib bagi Muslimah yang telah baligh, teman saya yang dari Saudi Arabia menjawab kerudung adalah “religious practice” bagi seorang Muslimah terhadap agamanya serta pemakaian kerudung juga menunjukkan “religious level” karena di Saudi Arabia pemakaian kerudung itu beragam seperti burqah (penutup kepala) dan niqab (penutup wajah/cadar), Sementara teman yang dari Maldives menjawab bahwa kerudung sekarang ini dianggap sebagai fashion, dimana tidak keharusan dalam memakainya.

Jawaban terakhir ini disetujui oleh dosen saya karena seperti itulah yang dia lihat dan dengar dari Muslimah yang lain dimana kerudung hanyalah sebagai trend saja. Definisi itu membuat perang batin dalam hati saya dan menolak definisi itu, namun saya berusaha memahami fakta bahwa begitulah orang luar memandang kerudung saat ini karena kita sebagai Muslimah sendiri belum bisa menjelaskan kepada mereka yang non-Muslim. Pudarnya definisi inilah yang membuat saya ingin tau lebih banyak tentang kerudung.

Mengacu kepada hadits yang saya tuliskan di atas, terlihat jelas bahwa seorang wanita yang sudah baligh sudah seharusnya menutup auratnya kecuali muka dan telapak tangan. Tidak ada penjelasan dalam hadits itu tentang siap atau tidaknya dalam berkerudung karena pada dasarnya kerudung bukan menunjukkan ketinggian ilmu seseorang dalam beragama tapi kerudung adalah busana wajib seorang Muslimah yang menunjukkan kepatuhan dan ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya. Serta Al-qur’an mengatakan, “Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Qs. an-Nuur [24]: 31).

Oleh karena itu mari kita kembalikan makna kerudung sesuai Al-Qur’an dan Sunnah. Menjadikan dan menunjukkan pada dunia bahwa kerudung bukanlah sebuah beban bagi Muslimah tapi adalah sebagai bukti bahwa Islam menghargai dan menghindari Muslimah dari pandangan-pandangan mata yang tidak sepantasnya. Jadikanlah kerudung sebagai bukti ketaatanmu pada sang Khalik dan jangan takut jika orang lain memandang kerudung sebagai sesuatu hal yang asing karena sesungguhnya, “Islam bermula dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali menjadi sesuatu yang asing. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu.” [HR. Muslim no. 145].


*) Penulis adalah mahasiswa master di Monash University Melbourne, berasal dari Sumatera Barat.
http://www.padangmedia.com/?mod=artikel&j=2&id=321

Selasa, 04 Oktober 2011

jombang

jombang berasal dari kata "ijo" yang memiliki arti orang-orang pesantren dan kata "abang" yang memiliki arti orang-orang non pesantre..